Makalah Iman dan Penjabaranya
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam agama Islam banyak sekali
hal-hal yang harus kita pahami dari mulai ajaran yang sederhana sampai ajaran
yang lebih kompleks,itu semua perlu kita pahami bersama agar dapat mencapai
kemuliaan di dunia dan akhirat,oleh karena itu hal yang sangat mendasar dan
sangat penting yang perlu kita pahami adalah tentang Iman,karna itu merupakan
modal awal kita dalam mencapai kemuliaan di dunia dan akhirat,tentunya juga
dengan menjalankan syari’at Islam sesuai dengan sumbernya yaitu Al’Qur’an dan
Hadist.
Berbicara tentang iman erat
kaitanya dengan kepercayaan kita dengan Tuhan kita atau dalam kata lain di
sebut Tauhid,ketika kita tidak bisa memahaminya dengan seksama maka Iman kita
pun tidak sempurna,karna bagai manapun sebelum kita praktik harus tahu terlebih
dahulu tentang teori-teori yang akan kita praktikan apalagi menyangkut hal-hal
yang bersipat religi itu harus benar benar kita pahami teorinya,karna teori akan
menjadi acuan dalam melakukan praktik,karna sesungguhnya teori tanpa praktik
itu bohong dan praktik tanpa teori itu sesat.
Pada makalah kali ini saya akan
mencoba membahas mengenai “Iman dan Penjabaranya” meskipun dengan keterbatasan
pikiran saya mudah-mudahan apa yang saya tulis di makalah ini bukan keluar dari
pikiran saya,melainkan barokah karomah guru sampai kepada saya sehingga saya
bisa menulis yang bermanpaat,Aminn.
1.2
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan saya menyusun makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan Dunia :
A.Tujuan Formal :
Untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
B.Tujuan Sosial :
1.Dapat memberikan Ilmu kepada pembaca
mengenai Iman dan Penjabaranya.
2.Sebagai alat untuk mengamalkan Ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak.
3.Makalah ini dapat menjadi cikal bakal
terbitnya karya-karya yang lebih baik lagi.
C.Tujuan Pribadi:
1.Sebagai alat untuk menguji
keterbatasan saya dalam membuat karya tulis.
2.Sebagai alat untuk berekpresi secara
bebas bertanggung jawab
3.Sebagai alat untuk mengemukakan
pendapat bebas bertanggung jawab.
1.2.1 Tujuan Akhirat
Semoga makalah ini dapat
mengingatkan kita kepada akhirat yang pasti kita kekal disana,semoga dengan
membaca makalah ini pembaca tergugah hatinya untuk lebih mempertebal keimananya
sehingga terhindar dari sifat musyrik (menduakan Allah) sehingga nantinya
terhindar dari siksa api neraka dan mendapatkan syurga Allah SWT.Aminn.
1.3
Metode
Penulisan
Adapun metode penulisan yang saya
lakukan untuk menyusun makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.Mencari informasi dari Narasumber
yang mempunyai wawasan luas mengenai
Iman dalam hal ini yaitu kepada “Ustad” atau seorang pemuka agama.
2.Mencari informasi dari
artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah Iman dan Penjabarannya dalam
kehidupan sehari-hari..
3.Mencari informasi dengan cara
browsing lewat internet yang berkaitan dengan masalah Iman dan Penjabarannya.
4.Mencari informasi melalui
buku-buku referensi Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan Iman dan Penjabaranya.
5.Mengeksplorasi pengetahuan saya
mengenai Iman dan Penjabaranya yang saya dapatkan selama menempuh pendidikan
formal.
Itulah beberapa metode penulisan
makalah ini yang mudah-mudahan menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan
makalah tentang Iman dan Penjabaranya.
1.4
Rumusan
Masalah
Tentunya yang menjadi titik awal
penyusunan makalah ini adalah adanya berbagai masalah yang akan saya rangkum
dalam rumusan masalah berikut ini :
1.Apa pengertian dari Iman ?
2.Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman
?
3.Apa saja rukun Iman dalam Islam ?
4.Adakah tingkatan-tingkatan orang yang
beriman ?
5.Apa manpaat keimanan dalam kehidupan
sehari-hari ?
6.Apa saja yang dapat meningkatkan
kimanan seseorang ?
7.Apa sajakah hal yang dapat membatalkan
keimanan seseorang ?
8.Mengapa kita harus beriman ?
Itulah beberapa rumusan masalah
yang akan saya bahas dalam makalah ini pada bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iman
2.1.1
Pemgertian Iman Mernurut Bahasa
Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu
dari kata : (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن),yukminu'
(يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
iman menurut bahasa adalah Percaya,Membenarkan,Meyakini tentang suatu hal.Dalam
hal ini kita percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah.
2.1.2
Pengertian Iman Menurut Istialah
Pengertian Iman menurut istilah adalah membenarkan dengan hati, diucapkan
dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan
demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa
Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya
(kita dapat memahaminya dari sipat sipat yang dimiliki oeleh Allah), kemudian
pengakuan itu diikrarkan dengan lisan (mengucapkan dua kalimat syahadat ),
serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata (melaksanakan segala
perintah dan menjauhi segala laranganya sesuai dengan syari’at Islam.
Jadi,
seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi
ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang
sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan,bagaikan tiga sisi segitiga yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain.Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat
mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman
kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136),Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia baik di kehidupan dunia dan sudah pasti untuk kehidupan manusia di akhirat.Agar kita selamat dunia dan akhirat.
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136),Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia baik di kehidupan dunia dan sudah pasti untuk kehidupan manusia di akhirat.Agar kita selamat dunia dan akhirat.
2.2 Ciri-ciri Orang
yang Beriman
Dalam praktiknya kita dapat
mengetahui sedalam mana keimanan seseorang dari ciri-ciri yang tercantum dalam
Al-Qur’an,karna pada hakikatnya kita selalu ingin ingin di sebut orang beriman
tetapi kenyataannya berbeda dengan ciri-ciri yang Allah sabdakan dalam
Al-Qur’an.
Menyandang gelar orang beriman adalah predikat yang mulia. Allah mensifati sifat orang-orang yang beriman sekaligus dalam 2 ayat, yaitu ayat ke 2 dan ke 3 dari surah Al-Anfal. Allah menyebut ada 5 sifat di dalam ayat tersebut. Berikut adalah sifat-sifatnya :
1.Ketika Mendengar Nama Allah Bergetarlah Hatinya
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka” (QS. Al-Anfal: 2)
Hanya
orang yang beriman jika disebutkan nama Allah, muncul rasa takut dalam hatinya.
Rasa takutnya sebagai bentuk mengagungkan Allah. Sebagai contoh, jika ada seseorang
yang berkeinginan melakukan maksiat, kemudian ia teringat Allah atau ada yang
mengingatkannya dengan mengatakan, “bertakwalah anda kepada Allah”, maka dia
adalah seorang yang mukmin. Rasa takut tersebut adalah ciri-ciri orang yang
beriman.
2.Bertambah Keimanannya ketika Mendengar Ayat-ayat Al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ
إِيمَٰنًا
“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal: 2)
Hal
ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al Qur’an dibaca baik
oleh dirinya ataupun orang lain, ia dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya
rasa Iman. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah
memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an, lantas Ibnu Mas’ud
bertanya, “Bagaimana aku membacakan Al Qur’an sedang Al Qur’an diturunkan
untukmu?”.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wasallam pun menjawab, “Sungguh aku senang mendengar bacaan Al
Qur’an dari orang lain.” Ibnu Mas’ud pun membaca surah An-Nisa, tatkala
sampai pada ayat 41:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍۭ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ
هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti),
apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” (QS.
An-Nisa: 41).
Maka
Nabi mengatakan, “Cukup” Aku pun memandangi Nabi dan melihat mata beliau
berlinangan air mata. (HR. Al-Bukhari)
Potongan
ayat ke-2 surah Al-Anfal di atas menjadi dalil bahwa rasa iman bisa bertambah
dan bisa berkurang. Karena akidah ahlusunnah adalah iman itu bertambah dengan
melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan maksiat. Dicontohkan dalam
ayat di atas adalah melakukan ketaatan dengan mendengarkan bacaan al quran.
Adapun kelompok murji’ah yang memiliki penyimpangan dalam akidah ini,
mengatakan bahwa rasa iman tidak dapat bertambah maupun berkurang, dan ini
adalah akidah yang keliru.
Kisah
Ibnu Mas’ud di atas juga menunjukkan betapa lembutnya hati Nabi, tatkala beliau
dibacakan Al Qur’an, hati beliau terenyuh sehingga berlinanglah air mata
beliau.
3.Selalu Bertawakkal Hanya kepada Allah
Allah Ta’ala berfirman:
وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal”
(QS. Al-Anfal: 2).
Orang
yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan
kepada yang lain. Akan tetapi mereka juga melakukan sebab agar terwujudnya
suatu hal, di samping tetap bertawakkal kepada Allah. Karena mereka yakin bahwa
tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah.
4.Selalu Mendirikan Shalat
Allah Ta’ala berfirman:
ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat”
(QS. Al-Anfal: 3).
Banyak
ayat yang menunjukkan shalat adalah bukti keimanan seseorang, salah satu dalam
ayat ini. Orang yang beriman akan mendirikan shalat secara sempurna, baik
shalat yang hukumnya wajib maupun yang dianjurkan.
5.Senang Berinfak
Allah Ta’ala berfirman:
وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
“dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan
kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).
Seorang
dikatakan beriman ketika ia menginfakkan hartanya di jalan Allah. Sebagaimana
yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau
menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Namun ada catatan penting, ketika
ada yang memiliki kebutuhan mendesak, baik dari keluarga maupun orang lain,
maka tidak sepatutnya menginfakkan seluruh hartanya.
Demikianlah 5 sifat
orang beriman yang Allah sebut dalam surah Al-Anfal ayat ke-2 dan ke-3.
Kemudian di awal ayat ke 4 Allah sebut mereka itulah orang yang memiliki
iman dengan sebenar benar iman.
Allah mengatakan:
أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
“Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya” (QS. Al-Anfal: 4).
Semoga kita tergolong
orang yang memiliki sifat-sifat di atas sehingga predikat orang yang beriman
dapat kita araih.Aminn.
2.3
Rukun Iman Dalam Islam
Rukun iman terbagi menjadi enam yaitu:
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
Pembahasan
Rukun Iman :
1.Iman Kepada Allah
Yaitu percaya kepada Allah, orang yang beriman kepada Allah akan
mendapatkan ketengan jiwa yang muncul dari kalbu secara ikhlas. Adapun yang
utama kita beriman kepada Allah yaitu kita menyakini bahwa tiada Tuhan selain
Allah.
2.Iman kepada
para Malaikat
Semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. dapat
dibagi kepada dua macam: pertama, yang ghaib (al-ghaib), dan kedua, yang nyata
(as-syahadah). Yang membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dijangkau
oleh pancaindera manusia. Seseuatu yang tidak bisa dijangkau oleh pancaindera manusia
digolongkan kepada yang ghaib, sedangkan sesuatu yang bisa dijangkau oleh
pancaindera manusia digolongkan kepada yang as-shahadah atau nyata.
Bagaimana kita mengimani dan mengetahui wujud malaikat yaitu, pertama
melalui akhbar yang disampaikan oeh Rasullullah SAW baik berupa Al-Qur’an
maupun Sunnah. Kedua lewat bukti-bukti nyata yang ada dalam semesta yang
menunjukan bahwa Malaikat itu ada.
Pengertian Malaikat
Secara etimologis kata Malaikat adalah bentuk jamak dari malak, berasal
dari al-alukah artinya ar-risalah (missi atau pesan). Secara terminologis
Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya dengan
wujud dan sifat-sifat tertentu. Jumlah Malaikat yang wajib kita tahu ada
sepuluh dengan masing-masing tugas yang Allah berikan kepadanya.
3.Iman kepada Kitab-kitab
Secara etimologis kata kitab adalah bentuk masdhar dari kata ka-ta-ba
yang berarti menulis. Setelah menjadi masdhar berarti tulisan, atau yang
ditulis.
Secara terminologis Al-Kitab adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada para Nabi dan RasulNya.
Secara terminologis Al-Kitab adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada para Nabi dan RasulNya.
Adapun kitab-kitab yang wajib kita tahu ada empat yaitu:
•Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS.
•Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS.
•Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS.
•Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud AS.
•Kitab Suci Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4.Iman kepada para Rasul
Secara etimologis Nabi berasal dari na-ba artinya ditinggikan, atau dari
kata na-ba-a artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seseorang yang
ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Dengan memberinya berita (wahyu).
Sedangkan Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk
menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang
diutus oleh Allah SWT. untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).
Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang
dipilih oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu. Apabila tidak diirigi dengan
kewajiban menyampaikan atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut Nabi
saja. Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa satu
misi tertentu maka dia disebut juga Rasul. Adapun jumlah Nabi dan sekaligus
Rasul ada dua puluh lima orang.
5.Iman kepada Hari Kiamat
Yang dimaksud hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan
yang kekal sesudah kehidupan di dunia fana ini berakhir, termasuk semua proses
dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta
dan seluruh isinya, serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan
seluruh umat manusia dari dalam kubur (Ba’ats), dikumpulkannya seluruh umat
manusia di padang mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia
di dunia (Hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui
perbandingan amal baik dan amal buruk (Wazn), sampai kepada pembalasan dengan
surga atau neraka (Jaza’).
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
Secara etimologis Qadha adalah bentuk masdhar dari kata kerja qadha yang
berarti kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hali ini Qadha adalah kehendak
atau ketetapan hukum Allah SWT. terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar secara
etimologis adalah bentuk masdhar dari qadara yang berarti ukuran atau
ketentuan. Dalam hali ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT.
terhadap segala sesuatu. Secara terminologis ada ulama yang berpenapat kedua
istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, dan ada pula ynag
membedakannya. Yang membedakan, mendefinisikan Qadar sebagai: “Ilmu Allah SWT.
Tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhlukNya pada masa yang akan
datang”. Dan Qadha adalah: “Penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT. Sesuai
dengan ilmu dan IradahNya”.
2.4
Tingkatan-tingkatan Orang yang Beriman
Di dalam Islam ada
tingkatan-tingkatan derajat keimanan
seseorang:
1. Iman taqlid
2. Iman ilmu
3. Iman `ayyan
4. Iman haq dan
Haqiqot
Pembahasanya mengenai kelima tingkatan Iman Tersebut akan
dibahas di bawah ini:
1.Iman Taqlid
1.Iman Taqlid
Iman orang yang bertaqlid atau iman turut-turutan atau iman
ikut-ikutan, imannya adalah tepat yaitu dia percaya kepada Allah dan Rasul
tetapi kepercayaannya tanpa dalil, tanpa keterangan dan tanpa ilmu
pengetahuan.Orang begini tidak kuat dan tidak teguh imannya, Imannya mudah
goyang dan goncang
. 2. Iman Ilmu
Begitu juga iman ahli ilmu. Imannya tepat. Tetapi walaupun
keyakinannya kepada Allah dan Rasul dapat disokong dengan dalil-dalil,
keterangan dan hujah-hujah namun iman peringkat ini baru sekadar sah, Jiwanya
belum kuat sedangkan kekuatan seseorang itu adalah pada jiwanya. Iman seperti
ini belum sanggup melawan syaitan dan hawa nafsu. Kerana itu orang yang
peringkat imannya di tahap ilmu akan melanggar perintah Allah dalam keadaan
sadar. Orang yang mempunyai iman ilmu hanya pandai berkata-kata kerana dia ada
ilmu tetapi tidak dapat mengatakan kata-katanya. Mereka dalam golongan ini akan
menjadi mukmin `asi (durhaka) atau mukmin yang fasik atau mukmin yang
berpura-pura.
Orang mukmin seperti ini setakat boleh mengucap dua kalimah
syahadah dengan lidahnya dan akalnya percaya adanya Allah Taala dengan segala
sifat-sifat yang wajib bagi-Nya. Tetapi dia belum dapat menanam kekuatan iman
di dalam hatinya. Hatinya belum merasai yang Allah sentiasa melihat dan
memerhatikan tingkah laku dan gerak-geriknya. Mukmin seperti ini, walaupun ilmunya
tinggi melangit dan di dadanya penuh Al Quran dan Hadis, namun nafsunya masih
besar, Sifat-sifat mazmumah seperti riyak, ujub, hasad, sombong, pendendam,
bakhil, gila puji, gila pangkat dan lain-lain masih banyak bersarang di dalam
hatinya dan syaitan pula sentiasa menggodanya.
Orang-orang mukmin seperti ini tidak sanggup menghadapi
ujian-ujian hidup sama ada yang berbentuk kesenangan maupun yang berbentuk
kesusahan, Artinya, kalau dia berhadapan dengan kesenangan, dia akan lupa
dirinya dan akan terus terjebak ke dalam perangkap nafsu dan syaitan. Manakala
kalau dia berhadapan dengan kesusahan pula, dia akan cemas dan akan hilang daya
pertimbangan, Dia akan bertindak di luar kehendak dan batas syariat.
Iman yang sejati itu, dari mana akan lahir taqwa,
setidak-tidaknya adalah peringkat iman `ayyan yaitu iman orang yang cukup yakin
dengan Allah dan Rasul, lengkap dengan pengertian dan fahamannya serta diikuti
dengan tindak-tanduk dan perbuatan.
Orang yang beriman taqlid perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman ilmu dengan cara belajar dan menambah ilmu. Orang yang beriman ilmu pula perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman `ayyan dengan cara mengamalkan ilmu-ilmu yang diketahuinya dengan faham dan khusyuk.
Orang yang beriman taqlid perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman ilmu dengan cara belajar dan menambah ilmu. Orang yang beriman ilmu pula perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman `ayyan dengan cara mengamalkan ilmu-ilmu yang diketahuinya dengan faham dan khusyuk.
3.Iman `Ayyan
Ini iman orang yang soleh atau iman ashabul yamin atau iman
golongan abrar yaitu orang yang sentiasa sadar bahwa Allah Taala sentiasa
mengawasi dirinya. Dengan kata-kata lain, orang yang memiliki iman `ayyan
hatinya sentiasa dapat merasakan kehebatan Allah. Dia ada hubungan hati dengan
Allah. Kalau ada pun lupa dan lalainya kepada Allah, hanya terlalu kecil dan
sedikit. Karena itu, orang yang memiliki iman `ayyan ini adalah orang yang
sentiasa takut kepada Allah dan kuat sekali penyerahan dirinya kepada Allah.
Kalau iman ilmu, keyakinan cuma bertempat di fikiran, tetapi iman `ayyan,
keyakinan bertempat di hati.
Ini digambarkan dalam sepotong ayat Al Quran:
“ Alllazina yazkurunallaha qiyaman waqu`udan wa`ala junubihim
wayatafakkaruna fikhalqis samawati wal ardhi rabbana makhalaqtana haza batila.“
Artinya :
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
“ (Ali Imran:191)
Iman `ayyan mampu memacu umat ini menjadi umat yang gigih dalam memikul beban perintah Allah SWT. Iman `ayyan juga merupakan benteng yang kukuh yang melindungi umat dari terjebak dan terjerumus kepada berbagai anasir negatif, kemungkaran dan kemaksiatan. Iman `ayyan menjadikan seseorang itu memiliki kekuatan jiwa, gigih, kuat cita-cita, tahan diuji dan sanggup berkorban. Oleh kerana orang mukmin yang sejati itu, perasaan bertauhid menghayati jiwanya, maka dia sentiasa takut dengan Allah malah rasa takutkan Allah itu bergelora di hatinya. Orang seperti ini sajalah yang boleh tunduk kepada syariat Allah Taala.
Firman Allah SWT:
Iman `ayyan mampu memacu umat ini menjadi umat yang gigih dalam memikul beban perintah Allah SWT. Iman `ayyan juga merupakan benteng yang kukuh yang melindungi umat dari terjebak dan terjerumus kepada berbagai anasir negatif, kemungkaran dan kemaksiatan. Iman `ayyan menjadikan seseorang itu memiliki kekuatan jiwa, gigih, kuat cita-cita, tahan diuji dan sanggup berkorban. Oleh kerana orang mukmin yang sejati itu, perasaan bertauhid menghayati jiwanya, maka dia sentiasa takut dengan Allah malah rasa takutkan Allah itu bergelora di hatinya. Orang seperti ini sajalah yang boleh tunduk kepada syariat Allah Taala.
Firman Allah SWT:
“Innamal mukminu nallazina iza zukirallahu wajilat qulubuhum
waiza tuliat `alaihim ayatuhu zadathum imanan wa`ala rabbihim yatawak kalun.“
Maksudnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al Anfal:2)
4.Iman Haq Dan Iman Haqiqat
Maksudnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al Anfal:2)
4.Iman Haq Dan Iman Haqiqat
Iman yang paling baik ialah iman haq dan iman haqiqat. Ini
merupakan puncak iman yaitu iman bagi orang-orang yang hampir dengan Allah.
iman Haq dan Haqiqot adalah iman yang sebenar-benarnaya dan iman yang sempurna.
Orang yang memiliki iman haq dan haqiqat adalah orang yang sangat bertaqwa dan
kuat penyerahan dirinya kepada Allah.
2.5
Manfaat Keimanan Dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketika seseorrang beriman
kepada Allah maka timbul berbagai manfaat di dalam kehidupanya yaitu sebagai
berikut:
1.Iman dengan disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci akan
dibukakanya
kehidupan yang baik,makmur dan sejahtera
2.Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa
3.Iman akan menimbulkan kasih sayang antar sesama
4.Lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta
5.Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain
6.Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari allah SWT
7.Membawa keberkahan dilangit dan di bumi
8.Memberikan ketengan dalam jiwa
9.Dijanjikan akan mendapatkan syurga
10.Dengan iman hidup akan terarah
11.Iman membawa manusia pada kedamaian
12.Dengan iman hidup kita lebih sederhana
13.Dengan iman ketika akan menjadi lebih semangat dalam mencapai sesuatu
14.Iman membuat kita menjadi lebih sabar
Itulah beberapa manfaat ketika kita beriman,intinya adalah keimanan
membawa kita ke jalan kebahagiaan karna kebahagiaan ada dalam kesucian jiwa,dan
jiwa kita akan suci ketika kita beriman dan beribadah.
2.6
Hal-hal yang Dapat Meningkatkan Keimanan
Adapun Hal-hal yang
dapat membuat kita bertambah keimanan yaitu sebagi berikut:
1.Mejalankan perintah allah dan menjauhi
laranganya
2.Senantiasa meningkatkan ketaqwaan
3.Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT
seperti makna dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan
perbuatan-perbuatan-Nya.Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap
Allah dan kekuasaan-Nya,maka semakin bertambah tinggi iman dan pengagungan
serta takutnya kepadaAllah SWT
4.Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya,Dan kesempurnaan-Nya.
Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yangmerancang, menciptakan dan
mengatur alam semesta ini. Jawabannya hanya Allah.
5.Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
6.Pelajari ilmu-ilmu mengenai asmaul husna
Itulahh beberapa Kiat agar kita bisa menanbah keimanan kita kepada
Allah,dan dimasukan kedalam syurganya Allah SWT.
2.7
Perkara yang Dapat Membatalkan Keimanan
Pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat
menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:
1.Mengakui ada Tuhan selain Allah SWT (Musrik).
2.Sombong Serta menolak beribadah kepada Allah
3.Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai
(pertolongan) selain Allah.
4.Menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk dirinya atau yang
ditetapkan oleh Rasulnya.
5.Mendustakan Rasullullah (Tidak mengakui Rasullullah sebagai
Utusan Allah)
6.Mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam
atau sejenisnya, atau mengolok-olok Rasullullah atau seorang Nabi, baik itu
gurauan maupn sungguhan, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa perbuatan yang dapat membatalkan atau menghialngkan keimanan
kita oleh karnanya jangan sesekali kita melakukanya.
2.8 Mengapa Kita Harus
Beriman
Kita beriman memiliki beberapa tujuan
diantaranya sebagai berikut :
1.Untuk Beribadah Kepada Allah SWT
Karena tujuan utama diciptakannya
manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT,sebagaimana firman
Allah dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Tidaklah kami ciptakan
jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”
Jadi tujuan utama manusia adalah
beribadah kepada Allah dan dengan iman yang kuat dan tulus kita dapat
melaksanakan apa perintah-Nya dan menjauhi segala Larangannya.
2.Untuk Memperoleh Ketenangan Jiwa.
Hal ini adalah suatu alasan mengapa
kita harus beriman karena dengan iman dalam hatilah yang menghubungkan manusia
dengan tuhanya,ketika hati kita sudah terhubung dengan tuhan kita maka kita
tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi segala tantangan kehidupan,karena
selalu ada Allah yang menyertai kita di mana saja,kapan saja,maka kita tidak
akan cemas dan memiliki ketenangan jiwa.
3.Untuk Mendapatkan Ridho Allah SWT
Hal ini merupakan suatu alasan yang
penting mengapa kita harus beriman karena ridho Allah hanya akan diberikan
kepada manusia-manusia yang masih memiliki keimanan dalam hatinya,dan Allah
telah menjamin nikmat yang luar biasa bagi orang-orang yang beriman,allah
menjanjikan syurga yang mengalir sungai-sungai sebagai nikmat Allah bagi yang
beriman,dan sudah jelas pula Allah akan memberikan derajat lebih tinngi kepada
orang-orang yang beriman,sehingga sangat tepat bila tujuan utama manusia
beriman adalah untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang saya susun dapat
disimpulkan beberapa hal hal penting yang harus kita pahami bersama mengenai
Iman dan Penjabaranya yaitu :
I.Iman berasal dari Bahasa Arab
yaitu dari kata : (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن),yukminu'
(يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Pengertian Iman
menurut istilah adalah membenarkan
dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
II.Orang yang beriman memiliki
beberapa ciri yaitu:Ketika Mendengar Nama Allah Bergetarlah Hatinya.Bertambah Keimanannya ketika Mendengar Ayat-ayat Al-Qur’an.Selalu
Bertawakkal Hanya kepada Allah.Selalu Mendirikan Shalat dan Senang Berinfak.
II. Rukun iman terbagi menjadi enam yaitu:
1.Iman
kepada Allah SWT
2.Iman
kepada para Malaikat
3.Iman
kepada Kitab-kitab
4.Iman
kepada para Rasul
5.Iman
kepada Hari Kiamat
6.Iman
kepada Qadha dan Qadar
IV.Di dalam Islam ada
tingkatan-tingkatan derajat
keimanan seseorang:
1. Iman taqlid
2. Iman ilmu
3. Iman `ayyan
4. Iman haq dan
Haqiqot
V.Manfaat
Keimanan dalam Kehidupan Sehari-hari
1.Iman dengan disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci akan
dibukakanya
kehidupan yang baik,makmur dan sejahtera
2.Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa
3.Iman akan menimbulkan kasih sayang antar sesama
4.Lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta
5.Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain
6.Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari allah SWT
7.Membawa keberkahan dilangit dan di bumi
8.Memberikan ketengan dalam jiwa
9.Dijanjikan akan mendapatkan syurga
10.Dengan iman hidup akan terarah
11.Iman membawa manusia pada kedamaian
12.Dengan iman hidup kita lebih sederhana
VI. Hal-hal yang dapat membuat kita
bertambah keimanan yaitu sebagi berikut:
1.Mejalankan
perintah allah dan menjauhi laranganya
2.Senantiasa
meningkatkan ketaqwaan
3.Ilmu,Semakin
tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya,maka
semakin bertambah tinggi Imanya.
4.Merenungkan
ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya.
5.Perbanyaklah
membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
6.Pelajari
ilmu-ilmu mengenai asmaul husna
VII. Perilaku yang dapat membatalkan keimanan :
1.Mengakui ada Tuhan selain Allah SWT (Musrik).
2.Sombong Serta menolak beribadah kepada Allah
3.Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai
(pertolongan) selain Allah.
4.Menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk dirinya atau yang
ditetapkan oleh Rasulnya.
5.Mendustakan Rasullullah (Tidak mengakui Rasullullah sebagai Utusan
Allah)
6.Mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam
atau sejenisnya, atau mengolok-olok Rasullullah atau seorang Nabi, baik itu
gurauan maupn sungguhan, dan lain sebagainya.
VIII.Alasan dan tujuan kita beriman :
1.Untuk Beribadah Kepada Allah SWT
2.Untuk Memperoleh Ketenangan Jiwa.
3.Untuk Mendapatkan Ridho Allah SWT
3.2
Harapan Penulis
Tentunya saya sebagai penulis makalah ini memiliki
harapan-harapan tertentu yaitu semoga pembaca setelah membaca makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan Ilmu mengenai Iman dan penjabaranya,serta makalah isi
makalah ini dapat berguna bagi kehidupan kita terutama dalam kehidupan beragama
dan praktik keagamaan,dan semoga pula makalah ini menjadi cikal bakal lahirnya
karya-karya ilmiah lainya yang lebih rinci,spesifik,efektif dan efesien
sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
3.3
Kritik dan Saran
Pada akhir makalah ini saya sampaikan bahwa dalam menyusun
makalah masih banyak kekurangan-kekurangan jauh dari kata sempurna,itu semua
merupakan hal yang wajar karena manusia dibatasi dengan keterbatasan pemikiran,oleh
karnanya saya sebagai penyusun makalah ini meminta kritik serta saran khususnya kepada dosen Pendidikan Agama Islam
umumnya kepada semua pembaca yang tentunya kritik dan saran itu yang bersipat
membangun guna untuk menjadi motivasi belajar untuk bisa lebih menyempurnakan
dan menghasilkan karya karya ilmiah yang lebih baik di masa yang akan datang.
DAPTAR PUSTAKA
Drs.H.A’sad Mahrus,M.Ag.2004.Pendidikan Agama Islam.Bogor:Yudistira.
Drs.H.Mufid Ahmad Syafi’i,M.A,dkk.Pendidikan Agama Islam.Bogor:Yudistira.
Dr.Al-Qhatani Said Bin Wahf Bin Ali.Khusyuk Dalam Shalat.Jogjakarta:darul
Uswah.
Hartono Puji.Spiritual Problem Solving.Jogjakarta:Pro-U Media.
H.Arifin Bey.Mengenal Tuhan.Jakarta:Zahira
Makalah Iman dan Penjabaranya
Reviewed by Maulana
on
17.12.00
Rating:
Tidak ada komentar: