Maulana

Makalah Iman dan Penjabaranya



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam agama Islam banyak sekali hal-hal yang harus kita pahami dari mulai ajaran yang sederhana sampai ajaran yang lebih kompleks,itu semua perlu kita pahami bersama agar dapat mencapai kemuliaan di dunia dan akhirat,oleh karena itu hal yang sangat mendasar dan sangat penting yang perlu kita pahami adalah tentang Iman,karna itu merupakan modal awal kita dalam mencapai kemuliaan di dunia dan akhirat,tentunya juga dengan menjalankan syari’at Islam sesuai dengan sumbernya yaitu Al’Qur’an dan Hadist.

Berbicara tentang iman erat kaitanya dengan kepercayaan kita dengan Tuhan kita atau dalam kata lain di sebut Tauhid,ketika kita tidak bisa memahaminya dengan seksama maka Iman kita pun tidak sempurna,karna bagai manapun sebelum kita praktik harus tahu terlebih dahulu tentang teori-teori yang akan kita praktikan apalagi menyangkut hal-hal yang bersipat religi itu harus benar benar kita pahami teorinya,karna teori akan menjadi acuan dalam melakukan praktik,karna sesungguhnya teori tanpa praktik itu bohong dan praktik tanpa teori itu sesat.

Pada makalah kali ini saya akan mencoba membahas mengenai “Iman dan Penjabaranya” meskipun dengan keterbatasan pikiran saya mudah-mudahan apa yang saya tulis di makalah ini bukan keluar dari pikiran saya,melainkan barokah karomah guru sampai kepada saya sehingga saya bisa menulis yang bermanpaat,Aminn.

1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan saya menyusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan Dunia :
A.Tujuan Formal :
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
B.Tujuan Sosial :
1.Dapat memberikan Ilmu kepada pembaca mengenai Iman dan Penjabaranya.
2.Sebagai alat untuk mengamalkan  Ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak.
3.Makalah ini dapat menjadi cikal bakal terbitnya karya-karya yang lebih baik lagi.
C.Tujuan Pribadi:
1.Sebagai alat untuk menguji keterbatasan saya dalam membuat karya tulis.
2.Sebagai alat untuk berekpresi secara bebas bertanggung jawab
3.Sebagai alat untuk mengemukakan pendapat bebas bertanggung jawab.


1.2.1 Tujuan Akhirat
Semoga makalah ini dapat mengingatkan kita kepada akhirat yang pasti kita kekal disana,semoga dengan membaca makalah ini pembaca tergugah hatinya untuk lebih mempertebal keimananya sehingga terhindar dari sifat musyrik (menduakan Allah) sehingga nantinya terhindar dari siksa api neraka dan mendapatkan syurga Allah SWT.Aminn.

1.3  Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang saya lakukan untuk menyusun makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.Mencari informasi dari Narasumber yang mempunyai wawasan luas        mengenai Iman dalam hal ini yaitu kepada “Ustad” atau seorang pemuka agama.
2.Mencari informasi dari artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah Iman dan Penjabarannya dalam kehidupan sehari-hari..
3.Mencari informasi dengan cara browsing lewat internet yang berkaitan dengan masalah Iman dan Penjabarannya.
4.Mencari informasi melalui buku-buku referensi Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan Iman dan Penjabaranya.
5.Mengeksplorasi pengetahuan saya mengenai Iman dan Penjabaranya yang saya dapatkan selama menempuh pendidikan formal.
Itulah beberapa metode penulisan makalah ini yang mudah-mudahan menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan makalah tentang Iman dan Penjabaranya.

1.4  Rumusan Masalah
Tentunya yang menjadi titik awal penyusunan makalah ini adalah adanya berbagai masalah yang akan saya rangkum dalam rumusan masalah berikut ini :
1.Apa pengertian dari Iman ?
2.Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman ?
3.Apa saja rukun Iman dalam Islam ?
4.Adakah tingkatan-tingkatan orang yang beriman ?
5.Apa manpaat keimanan dalam kehidupan sehari-hari ?
6.Apa saja yang dapat meningkatkan kimanan seseorang ?
7.Apa sajakah hal yang dapat membatalkan keimanan seseorang ?
8.Mengapa kita harus beriman ?
Itulah beberapa rumusan masalah yang akan saya bahas dalam makalah ini pada bab selanjutnya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman
2.1.1 Pemgertian Iman Mernurut Bahasa
Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu dari kata : (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن),yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa iman menurut bahasa adalah Percaya,Membenarkan,Meyakini tentang suatu hal.Dalam hal ini kita percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah.
2.1.2 Pengertian Iman Menurut Istialah
Pengertian Iman menurut istilah adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya (kita dapat memahaminya dari sipat sipat yang dimiliki oeleh Allah), kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan (mengucapkan dua kalimat syahadat ), serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata (melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganya sesuai dengan syari’at Islam.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan,bagaikan tiga sisi segitiga yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136),Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia baik di kehidupan dunia dan sudah pasti untuk kehidupan manusia di akhirat.Agar kita selamat dunia dan akhirat.

2.2 Ciri-ciri Orang yang Beriman
Dalam praktiknya kita dapat mengetahui sedalam mana keimanan seseorang dari ciri-ciri yang tercantum dalam Al-Qur’an,karna pada hakikatnya kita selalu ingin ingin di sebut orang beriman tetapi kenyataannya berbeda dengan ciri-ciri yang Allah sabdakan dalam Al-Qur’an.

Menyandang gelar orang beriman adalah predikat yang mulia. Allah mensifati sifat orang-orang yang beriman sekaligus dalam 2 ayat, yaitu ayat ke 2 dan ke 3 dari surah Al-Anfal. Allah menyebut ada 5 sifat di dalam ayat tersebut. Berikut adalah sifat-sifatnya :

1.Ketika Mendengar Nama Allah Bergetarlah Hatinya

Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka” (QS. Al-Anfal: 2)
Hanya orang yang beriman jika disebutkan nama Allah, muncul rasa takut dalam hatinya. Rasa takutnya sebagai bentuk mengagungkan Allah. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang berkeinginan melakukan maksiat, kemudian ia teringat Allah atau ada yang mengingatkannya dengan mengatakan, “bertakwalah anda kepada Allah”, maka dia adalah seorang yang mukmin. Rasa takut tersebut adalah ciri-ciri orang yang beriman.
2.Bertambah Keimanannya ketika Mendengar Ayat-ayat Al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا
dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal: 2)
Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang  ketika Al Qur’an dibaca baik oleh dirinya ataupun orang lain, ia dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya rasa Iman. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an, lantas Ibnu Mas’ud bertanya, “Bagaimana aku membacakan Al Qur’an sedang Al Qur’an diturunkan untukmu?”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun menjawab, “Sungguh aku senang mendengar bacaan Al Qur’an dari orang lain.” Ibnu Mas’ud pun membaca surah An-Nisa, tatkala sampai pada ayat 41:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍۭ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” (QS. An-Nisa: 41).
Maka Nabi mengatakan, “Cukup” Aku pun memandangi Nabi dan melihat mata beliau berlinangan air mata. (HR. Al-Bukhari)
Potongan ayat ke-2 surah Al-Anfal di atas menjadi dalil bahwa rasa iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Karena akidah ahlusunnah adalah iman itu bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan maksiat. Dicontohkan dalam ayat di atas adalah melakukan ketaatan dengan mendengarkan bacaan al quran. Adapun kelompok murji’ah yang memiliki penyimpangan dalam akidah ini, mengatakan bahwa rasa iman tidak dapat bertambah maupun berkurang, dan ini adalah akidah yang keliru.
Kisah Ibnu Mas’ud di atas juga menunjukkan betapa lembutnya hati Nabi, tatkala beliau dibacakan Al Qur’an, hati beliau terenyuh sehingga berlinanglah air mata beliau.
3.Selalu Bertawakkal Hanya kepada Allah
Allah Ta’ala berfirman:
وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal: 2).
Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain. Akan tetapi mereka juga melakukan sebab agar terwujudnya suatu hal, di samping tetap bertawakkal kepada Allah. Karena mereka yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah.
4.Selalu Mendirikan Shalat
Allah Ta’ala berfirman:
ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Anfal: 3).
Banyak ayat yang menunjukkan shalat adalah bukti keimanan seseorang, salah satu dalam ayat ini. Orang yang beriman akan mendirikan shalat secara sempurna, baik shalat yang hukumnya wajib maupun yang dianjurkan.
5.Senang Berinfak
Allah Ta’ala berfirman:
وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).
Seorang dikatakan beriman ketika ia menginfakkan hartanya di jalan Allah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Namun ada catatan penting, ketika ada yang memiliki kebutuhan mendesak, baik dari keluarga maupun orang lain, maka tidak sepatutnya menginfakkan seluruh hartanya.
Demikianlah 5 sifat orang beriman yang Allah sebut dalam surah Al-Anfal ayat ke-2 dan ke-3. Kemudian di awal ayat ke 4 Allah sebut mereka itulah orang yang memiliki iman dengan sebenar benar iman.
 Allah mengatakan:
أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya” (QS. Al-Anfal: 4).
Semoga kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat di atas sehingga predikat orang yang beriman dapat kita araih.Aminn.
2.3 Rukun Iman Dalam Islam
Rukun iman terbagi menjadi enam yaitu:
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
Pembahasan Rukun Iman :
1.Iman Kepada  Allah
Yaitu percaya kepada Allah, orang yang beriman kepada Allah akan mendapatkan ketengan jiwa yang muncul dari kalbu secara ikhlas. Adapun yang utama kita beriman kepada Allah yaitu kita menyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah.
2.Iman kepada para Malaikat
            Semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. dapat dibagi kepada dua macam: pertama, yang ghaib (al-ghaib), dan kedua, yang nyata (as-syahadah). Yang membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dijangkau oleh pancaindera manusia. Seseuatu yang tidak bisa dijangkau oleh pancaindera manusia digolongkan kepada yang ghaib, sedangkan sesuatu yang bisa dijangkau oleh pancaindera manusia digolongkan kepada yang as-shahadah atau nyata.
Bagaimana kita mengimani dan mengetahui wujud malaikat yaitu, pertama melalui akhbar yang disampaikan oeh Rasullullah SAW baik berupa Al-Qur’an maupun Sunnah. Kedua lewat bukti-bukti nyata yang ada dalam semesta yang menunjukan bahwa Malaikat itu ada.


Pengertian Malaikat
Secara etimologis kata Malaikat adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari al-alukah artinya ar-risalah (missi atau pesan). Secara terminologis Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Jumlah Malaikat yang wajib kita tahu ada sepuluh dengan masing-masing tugas yang Allah berikan kepadanya.
3.Iman kepada Kitab-kitab
Secara etimologis kata kitab adalah bentuk masdhar dari kata ka-ta-ba yang berarti menulis. Setelah menjadi masdhar berarti tulisan, atau yang ditulis.
Secara terminologis Al-Kitab adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada para Nabi dan RasulNya.
Adapun kitab-kitab yang wajib kita tahu ada empat yaitu:
•Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS.
•Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS.
•Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud AS.
•Kitab Suci Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4.Iman kepada para Rasul
Secara etimologis Nabi berasal dari na-ba artinya ditinggikan, atau dari kata na-ba-a artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seseorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Dengan memberinya berita (wahyu). Sedangkan Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT. untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).
Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu. Apabila tidak diirigi dengan kewajiban menyampaikan atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut Nabi saja. Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa satu misi tertentu maka dia disebut juga Rasul. Adapun jumlah Nabi dan sekaligus Rasul ada dua puluh lima orang.
5.Iman kepada Hari Kiamat
Yang dimaksud hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia fana ini berakhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya, serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari dalam kubur (Ba’ats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (Hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (Wazn), sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka (Jaza’).

6.Iman kepada Qadha dan Qadar
Secara etimologis Qadha adalah bentuk masdhar dari kata kerja qadha yang berarti kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hali ini Qadha adalah kehendak atau ketetapan hukum Allah SWT. terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar secara etimologis adalah bentuk masdhar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan. Dalam hali ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT. terhadap segala sesuatu. Secara terminologis ada ulama yang berpenapat kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, dan ada pula ynag membedakannya. Yang membedakan, mendefinisikan Qadar sebagai: “Ilmu Allah SWT. Tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhlukNya pada masa yang akan datang”. Dan Qadha adalah: “Penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT. Sesuai dengan ilmu dan IradahNya”. 

2.4 Tingkatan-tingkatan Orang yang Beriman
Di dalam Islam ada tingkatan-tingkatan derajat keimanan seseorang:
1. Iman taqlid
2. Iman ilmu
3. Iman `ayyan
4. Iman haq dan Haqiqot
Pembahasanya mengenai kelima tingkatan Iman Tersebut akan dibahas di bawah ini:
            1.Iman Taqlid
Iman orang yang bertaqlid atau iman turut-turutan atau iman ikut-ikutan, imannya adalah tepat yaitu dia percaya kepada Allah dan Rasul tetapi kepercayaannya tanpa dalil, tanpa keterangan dan tanpa ilmu pengetahuan.Orang begini tidak kuat dan tidak teguh imannya, Imannya mudah goyang dan goncang
.           2. Iman Ilmu
Begitu juga iman ahli ilmu. Imannya tepat. Tetapi walaupun keyakinannya kepada Allah dan Rasul dapat disokong dengan dalil-dalil, keterangan dan hujah-hujah namun iman peringkat ini baru sekadar sah, Jiwanya belum kuat sedangkan kekuatan seseorang itu adalah pada jiwanya. Iman seperti ini belum sanggup melawan syaitan dan hawa nafsu. Kerana itu orang yang peringkat imannya di tahap ilmu akan melanggar perintah Allah dalam keadaan sadar. Orang yang mempunyai iman ilmu hanya pandai berkata-kata kerana dia ada ilmu tetapi tidak dapat mengatakan kata-katanya. Mereka dalam golongan ini akan menjadi mukmin `asi (durhaka) atau mukmin yang fasik atau mukmin yang berpura-pura.
Orang mukmin seperti ini setakat boleh mengucap dua kalimah syahadah dengan lidahnya dan akalnya percaya adanya Allah Taala dengan segala sifat-sifat yang wajib bagi-Nya. Tetapi dia belum dapat menanam kekuatan iman di dalam hatinya. Hatinya belum merasai yang Allah sentiasa melihat dan memerhatikan tingkah laku dan gerak-geriknya. Mukmin seperti ini, walaupun ilmunya tinggi melangit dan di dadanya penuh Al Quran dan Hadis, namun nafsunya masih besar, Sifat-sifat mazmumah seperti riyak, ujub, hasad, sombong, pendendam, bakhil, gila puji, gila pangkat dan lain-lain masih banyak bersarang di dalam hatinya dan syaitan pula sentiasa menggodanya.
Orang-orang mukmin seperti ini tidak sanggup menghadapi ujian-ujian hidup sama ada yang berbentuk kesenangan maupun yang berbentuk kesusahan, Artinya, kalau dia berhadapan dengan kesenangan, dia akan lupa dirinya dan akan terus terjebak ke dalam perangkap nafsu dan syaitan. Manakala kalau dia berhadapan dengan kesusahan pula, dia akan cemas dan akan hilang daya pertimbangan, Dia akan bertindak di luar kehendak dan batas syariat.
Iman yang sejati itu, dari mana akan lahir taqwa, setidak-tidaknya adalah peringkat iman `ayyan yaitu iman orang yang cukup yakin dengan Allah dan Rasul, lengkap dengan pengertian dan fahamannya serta diikuti dengan tindak-tanduk dan perbuatan.
Orang yang beriman taqlid perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman ilmu dengan cara belajar dan menambah ilmu. Orang yang beriman ilmu pula perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman `ayyan dengan cara mengamalkan ilmu-ilmu yang diketahuinya dengan faham dan khusyuk.
3.Iman `Ayyan
Ini iman orang yang soleh atau iman ashabul yamin atau iman golongan abrar yaitu orang yang sentiasa sadar bahwa Allah Taala sentiasa mengawasi dirinya. Dengan kata-kata lain, orang yang memiliki iman `ayyan hatinya sentiasa dapat merasakan kehebatan Allah. Dia ada hubungan hati dengan Allah. Kalau ada pun lupa dan lalainya kepada Allah, hanya terlalu kecil dan sedikit. Karena itu, orang yang memiliki iman `ayyan ini adalah orang yang sentiasa takut kepada Allah dan kuat sekali penyerahan dirinya kepada Allah. Kalau iman ilmu, keyakinan cuma bertempat di fikiran, tetapi iman `ayyan, keyakinan bertempat di hati.
Ini digambarkan dalam sepotong ayat Al Quran:
“ Alllazina yazkurunallaha qiyaman waqu`udan wa`ala junubihim wayatafakkaruna fikhalqis samawati wal ardhi rabbana makhalaqtana haza batila.“
Artinya :
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. “ (Ali Imran:191)
Iman `ayyan mampu memacu umat ini menjadi umat yang gigih dalam memikul beban perintah Allah SWT. Iman `ayyan juga merupakan benteng yang kukuh yang melindungi umat dari terjebak dan terjerumus kepada berbagai anasir negatif, kemungkaran dan kemaksiatan. Iman `ayyan menjadikan seseorang itu memiliki kekuatan jiwa, gigih, kuat cita-cita, tahan diuji dan sanggup berkorban. Oleh kerana orang mukmin yang sejati itu, perasaan bertauhid menghayati jiwanya, maka dia sentiasa takut dengan Allah malah rasa takutkan Allah itu bergelora di hatinya. Orang seperti ini sajalah yang boleh tunduk kepada syariat Allah Taala.
Firman Allah SWT:
“Innamal mukminu nallazina iza zukirallahu wajilat qulubuhum waiza tuliat `alaihim ayatuhu zadathum imanan wa`ala rabbihim yatawak kalun.“
Maksudnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al Anfal:2)
4.Iman Haq Dan Iman Haqiqat
Iman yang paling baik ialah iman haq dan iman haqiqat. Ini merupakan puncak iman yaitu iman bagi orang-orang yang hampir dengan Allah. iman Haq dan Haqiqot adalah iman yang sebenar-benarnaya dan iman yang sempurna. Orang yang memiliki iman haq dan haqiqat adalah orang yang sangat bertaqwa dan kuat penyerahan dirinya kepada Allah.
2.5 Manfaat Keimanan Dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketika seseorrang beriman kepada Allah maka timbul berbagai manfaat di dalam kehidupanya yaitu sebagai berikut:
1.Iman dengan disertai dengan  amal shaleh dapat menjadi kunci akan dibukakanya                                    kehidupan yang baik,makmur dan sejahtera
2.Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa
3.Iman akan menimbulkan kasih sayang antar sesama
4.Lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta
5.Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain
6.Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari allah SWT
7.Membawa keberkahan dilangit dan di bumi
8.Memberikan ketengan dalam jiwa
9.Dijanjikan akan mendapatkan syurga
10.Dengan iman hidup akan terarah
11.Iman membawa manusia pada kedamaian
12.Dengan iman hidup kita  lebih sederhana
13.Dengan iman ketika akan menjadi lebih semangat dalam mencapai sesuatu
14.Iman membuat kita menjadi lebih sabar
Itulah beberapa manfaat ketika kita beriman,intinya adalah keimanan membawa kita ke jalan kebahagiaan karna kebahagiaan ada dalam kesucian jiwa,dan jiwa kita akan suci ketika kita beriman dan beribadah.
2.6 Hal-hal yang Dapat Meningkatkan Keimanan
Adapun Hal-hal yang dapat membuat kita bertambah keimanan yaitu sebagi berikut:
1.Mejalankan perintah allah dan menjauhi laranganya
2.Senantiasa meningkatkan ketaqwaan
3.Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT seperti makna dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya.Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya,maka semakin bertambah tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepadaAllah SWT
4.Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya,Dan kesempurnaan-Nya. Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yangmerancang, menciptakan dan mengatur alam semesta ini. Jawabannya hanya Allah.
5.Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
6.Pelajari ilmu-ilmu mengenai asmaul husna
Itulahh beberapa Kiat agar kita bisa menanbah keimanan kita kepada Allah,dan dimasukan kedalam syurganya Allah SWT.
2.7 Perkara yang Dapat Membatalkan Keimanan
Pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:
1.Mengakui ada Tuhan selain Allah SWT (Musrik).
2.Sombong Serta menolak beribadah kepada Allah
3.Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.
4.Menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk dirinya atau yang ditetapkan oleh Rasulnya.
5.Mendustakan Rasullullah (Tidak mengakui Rasullullah sebagai Utusan Allah)
6.Mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam atau sejenisnya, atau mengolok-olok Rasullullah atau seorang Nabi, baik itu gurauan maupn sungguhan, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa perbuatan yang dapat membatalkan atau menghialngkan keimanan kita oleh karnanya jangan sesekali kita melakukanya.
2.8 Mengapa Kita Harus Beriman
Kita beriman memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :
1.Untuk Beribadah Kepada Allah SWT
Karena tujuan utama diciptakannya manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT,sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Tidaklah kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”
Jadi tujuan utama manusia adalah beribadah kepada Allah dan dengan iman yang kuat dan tulus kita dapat melaksanakan apa perintah-Nya dan menjauhi segala Larangannya.
2.Untuk Memperoleh Ketenangan Jiwa.
Hal ini adalah suatu alasan mengapa kita harus beriman karena dengan iman dalam hatilah yang menghubungkan manusia dengan tuhanya,ketika hati kita sudah terhubung dengan tuhan kita maka kita tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi segala tantangan kehidupan,karena selalu ada Allah yang menyertai kita di mana saja,kapan saja,maka kita tidak akan cemas dan memiliki ketenangan jiwa.

3.Untuk Mendapatkan Ridho Allah SWT
Hal ini merupakan suatu alasan yang penting mengapa kita harus beriman karena ridho Allah hanya akan diberikan kepada manusia-manusia yang masih memiliki keimanan dalam hatinya,dan Allah telah menjamin nikmat yang luar biasa bagi orang-orang yang beriman,allah menjanjikan syurga yang mengalir sungai-sungai sebagai nikmat Allah bagi yang beriman,dan sudah jelas pula Allah akan memberikan derajat lebih tinngi kepada orang-orang yang beriman,sehingga sangat tepat bila tujuan utama manusia beriman adalah untuk mendapatkan ridho Allah SWT.



















                                                                                                    


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

       Dari makalah yang saya susun dapat disimpulkan beberapa hal hal penting yang harus kita pahami bersama mengenai Iman dan Penjabaranya yaitu :
I.Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu dari kata : (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن),yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Pengertian Iman menurut istilah adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
II.Orang yang beriman memiliki beberapa ciri yaitu:Ketika Mendengar Nama Allah Bergetarlah Hatinya.Bertambah Keimanannya ketika Mendengar Ayat-ayat Al-Qur’an.Selalu Bertawakkal Hanya kepada Allah.Selalu Mendirikan Shalat dan Senang Berinfak.
II. Rukun iman terbagi menjadi enam yaitu:
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
IV.Di dalam Islam ada tingkatan-tingkatan derajat keimanan seseorang:
1. Iman taqlid
2. Iman ilmu
3. Iman `ayyan
4. Iman haq dan Haqiqot
V.Manfaat Keimanan dalam Kehidupan Sehari-hari
1.Iman dengan disertai dengan  amal shaleh dapat menjadi kunci akan dibukakanya                                    kehidupan yang baik,makmur dan sejahtera
2.Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa
3.Iman akan menimbulkan kasih sayang antar sesama
4.Lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta
5.Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain
6.Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari allah SWT
7.Membawa keberkahan dilangit dan di bumi
8.Memberikan ketengan dalam jiwa
9.Dijanjikan akan mendapatkan syurga
10.Dengan iman hidup akan terarah
11.Iman membawa manusia pada kedamaian
12.Dengan iman hidup kita  lebih sederhana
VI. Hal-hal yang dapat membuat kita bertambah keimanan yaitu sebagi berikut:
1.Mejalankan perintah allah dan menjauhi laranganya
2.Senantiasa meningkatkan ketaqwaan
3.Ilmu,Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya,maka semakin bertambah tinggi Imanya.
4.Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya.
5.Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
6.Pelajari ilmu-ilmu mengenai asmaul husna
VII. Perilaku yang dapat membatalkan keimanan :
1.Mengakui ada Tuhan selain Allah SWT (Musrik).
2.Sombong Serta menolak beribadah kepada Allah
3.Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.
4.Menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk dirinya atau yang ditetapkan oleh Rasulnya.
5.Mendustakan Rasullullah (Tidak mengakui Rasullullah sebagai Utusan Allah)
6.Mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam atau sejenisnya, atau mengolok-olok Rasullullah atau seorang Nabi, baik itu gurauan maupn sungguhan, dan lain sebagainya.
VIII.Alasan dan tujuan kita beriman :
1.Untuk Beribadah Kepada Allah SWT
2.Untuk Memperoleh Ketenangan Jiwa.
3.Untuk Mendapatkan Ridho Allah SWT
3.2 Harapan Penulis
       Tentunya saya sebagai penulis makalah ini memiliki harapan-harapan tertentu yaitu semoga pembaca setelah membaca makalah ini dapat menambah pengetahuan dan Ilmu mengenai Iman dan penjabaranya,serta makalah isi makalah ini dapat berguna bagi kehidupan kita terutama dalam kehidupan beragama dan praktik keagamaan,dan semoga pula makalah ini menjadi cikal bakal lahirnya karya-karya ilmiah lainya yang lebih rinci,spesifik,efektif dan efesien sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
3.3 Kritik dan Saran
       Pada akhir makalah ini saya sampaikan bahwa dalam menyusun makalah masih banyak kekurangan-kekurangan jauh dari kata sempurna,itu semua merupakan hal yang wajar karena manusia dibatasi dengan keterbatasan pemikiran,oleh karnanya saya sebagai penyusun makalah ini meminta kritik serta saran  khususnya kepada dosen Pendidikan Agama Islam umumnya kepada semua pembaca yang tentunya kritik dan saran itu yang bersipat membangun guna untuk menjadi motivasi belajar untuk bisa lebih menyempurnakan dan menghasilkan karya karya ilmiah yang lebih baik di masa yang akan datang.


DAPTAR PUSTAKA

Drs.H.A’sad Mahrus,M.Ag.2004.Pendidikan Agama Islam.Bogor:Yudistira.
Drs.H.Mufid Ahmad Syafi’i,M.A,dkk.Pendidikan Agama Islam.Bogor:Yudistira.
Dr.Al-Qhatani Said Bin Wahf Bin Ali.Khusyuk Dalam Shalat.Jogjakarta:darul Uswah.
Hartono Puji.Spiritual Problem Solving.Jogjakarta:Pro-U Media.
H.Arifin Bey.Mengenal Tuhan.Jakarta:Zahira





Makalah Iman dan Penjabaranya Makalah Iman dan Penjabaranya Reviewed by Maulana on 17.12.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.